TEMPO.CO, Depok - Wakil Presiden Jusuf Kalla mempertanyakan efektifitas penggunaan anggaran pendidikan yang terus naik tapi tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. "Kenapa dengan anggaran yang naik terus per tahun, kita belum mengalami kenaikan yang signifikan di pendidikan dibandingkan dengan negara-negara lain," ujarnya dalam acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan di Pusdiklat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Rabu, 7 Februari 2018 di Depok.
Jusuf Kalla membandingkan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang hanya sekitar seperempat dari dana yang dikucurkan untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Akan tetapi, realisasi dana bagi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat lebih terlihat dibandingkan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca: JK Sebut Ada Anomali dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Anggaran pendidikan, kata Jusuf Kalla, saat ini nilainya mencapai lebih dari Rp 400 triliun. Adapun anggaran untuk infrastruktur hanya Rp 100 triliun. Demikian dengan anggaran untuk bidang pertahanan lebih kecil dibandingkan dengan anggaran pendidikan.
Di sisi lain, dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, kualitas pendidikan di Indonesia masih lebih rendah. Padahal, peruntukan anggaran pendidikan di Indonesia hampir sama dengan pemerintah negara-negara jiran tersebut.
Oleh karena itu, Jusuf Kalla berharap melalui kegiatan tahunan semacam Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan para pegiat pendidikan dapat menemukan solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyoroti kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut dia, kualitas pendidikan di Indonesia harus diperbaiki sejalan dengan penggunaan anggaran pendidikan. "Perlu juga untuk terus memperbaiki sisi tata kelola dan hasil efektivitas dari penggunaan anggaran pendidikan," ujar Sri Mulyani awal Desember lalu.
Pernyataan Sri Mulyani yang senada dengan Jusuf Kalla itu dikemukakan saat ditemui awak media setelah menjadi pembicara kunci dalam acara Bank Dunia. Acara tersebut bertemakan "Membangun Kelas Menengah: Pertumbuhan Inklusif di Asia Timur dan Indonesia."